SELAMAT DATANG DI "hhapadoh.blogspot.com" KAPAN-KAPAN MAMPIR LAGI YA...

Minggu, 12 Februari 2012

Sudahkah Rumahku menjadi Surgaku...?




Photobucket


Pembahasan tentang berkeluarga selalu menjadi kajian yang menarik dan menggoda hati setiap insan. Karena memang  keluarga dalam pandangan Islam adalah “labinatul ulaa” (batu pertama) dalam bangunan masyarakat muslim dan merupakan taman yang mendatangkan kasih sayang, ketenangan, kedamaian dan keharmonisan. Kebahagiaan rumahtangga adalah surga kecil yang diharapkan semua orang, sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW : “Rumahku Surgaku..” .


"Semoga menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah".

Kata-kata itulah yang sering diucapkan atau ucapan yang diberikan kepada calon suami-istri yang akan menikah.
Peranan agama dalam membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah sangat penting, karena agama merupakan ketentuan-ketentuan Allah Swt yang membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah Swt berperan ketika pemeluk-Nya memahami dengan baik dan benar, menghayati, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari agama yang dianutnya, yaitu Islam.
Dalam pandangan Al-Qur’an, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah, mawaddah warahmah antara suami dan istri bersama anak-anaknya.
Hal ini tercemin dalam Al-qur’an, Allah berfirman,

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya (sakinah), dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (Ar-Ruum [30]: ayat 21)




 1. Sakinah  mengandung makna ketenangan.
Sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang disertai kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. Itulah makna sakinah secara umum dan makna-makna tersebut yang diharapkan dapat menghiasi setiap keluarga yang hendak menyandang Keluarga Sakinah.

 2. Mawaddah  mengandung arti rasa cinta.
Mawaddah ini muncul karena di dalam pernikahan ada faktor-faktor yang bisa menumbuhkan dua perasaan tersebut. Dengan adanya seorang istri, suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan, serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik dan membesarkan mereka. Disamping itu dia merasakan adanya ketenangan, kedekatan dan kecenderungan kepada istrinya. Sehingga secara umum tidak akan didapatkan mawaddah diantara manusia yang satu dengan manusia yang lain sebagaimana mawaddah (rasa cinta) yang ada di antara suami istri.

3. Rahmah  mengandung arti Rasa Sayang
Rasa sayang kepada pasangannya merupakan bentuk kesetian dan kebahagiaan yang dihasilkannya.
Perlu digaris bawahi bahwa sakinah mawaddah warahmah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang lebih utama, adalah menyiapkan kalbu. Sakinah, mawaddah dan rahmah bersumber dari dalam kalbu, lalu terpancar ke luar dalam bentuk aktifitas sehari-hari, baik didalam keluarga maupun dalam masyarakat.




Perjalanan berkeluarga dan membina rumah tangga tidak selalu seindah melewati  jalan bertaburan bunga yang harum mewangi, ada kalanya jalan yang dilalui adalah lintasan penuh duri dan bebatuan yang tajam.  Jika tidak diantisipasi dan disikapi dengan tepat,  maka kehancuran rumahtangga menjadi akhir kisah cinta yang pernah dibina.
 
Biasanya awal kehancuran itu adalah berkurangnya kemesraan suami istri, dikarenakan lemahnya kesadaran bahwa perjalanan rumahtangga tidak selalu indah, ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman bahwa hidup ini hanyalah ujian dari Allah kepada hamba-Nya, termasuk pasangan hidup kitapun adalah ujian tersendiri bagi kita.

Ada sebagian orang diawal pernikahan sangat mengharapkan kesempurnaan pasangannya, dalam perjalanan biduk rumahtangga, semua sifat  dan karakter asli dari pasangan tidak  diterima sebagaimana  adanya. Semua hanya berujung pada kekecewaan. Sebagian lagi menjadi tidak harmonis karena satu sama lain tidak terbuka dalam masalah-masalah kehidupan, sehingga tersumbatnya jalur jalur komunikasi menjadikan suasana rumah tangga semakin misterius.  Dan tidak jarang pula ketidak harmonisan di rumah tangga diakibatkan terbiasa membesar-besarkan masalah yang sebenarnya remeh.
Jika cinta tak lagi bersemi indah, meski tidak bercerai secara fisik tetapi hati  antara yang satu dengan yang lain sebenarnya sudah tidak bertautan lagi. Na’udzubillahi min dzalik.


Maka penting bagi kita merawat cinta kasih agar terhindar musibah rumah tangga.  Ada beberapa hal yang mulai hari ini dan seterusnya penting kita perhatikan  dan senantiasa kita rawat, antara lain:

1. Ketaqwaan
Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal Al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.

Dalam sebuah riwayat juga dikisahkan saat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”

Berangkat dari pemahaman kita tentang taqwa, maka dalam mengayuh biduk rumah tangga kita perlu senantiasa mengasah kepekaan hati kita, agar hati kita menjadi penuh dengan kesadaran dalam menjalani semua liku kehidupan kita, senantiasa waspada ketika godaan dan cobaan datang menghadang.

Masalah apapun yang kita hadapi dalam berumah tangga, pastikan pilihan-pilihan sikap, perilaku dan perkataan kita hanya yang di ridhoi oleh Allah. Segarkan selalu cinta pada pasangan kita dengan menyegarkan kesadaran kita, bahwa: “Aku mencintai pasanganku semata mata karena kecintaanku pada Allah.”




2. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah dua kata yang seolah sederhana namun pada kenyataannya tidak sesederhana mengucapkannya. Misal untuk para suami kadang merasa sudah memberikan kasih sayang pada istrinya padahal sang istri justru tidak merasakan apa yang dimaksud oleh suaminya dengan kasih sayang.

Yang saya maksud dengan kasih disini adalah sebuah perwujudan dari perasaan cinta kepada pasangan dengan memberikan nafkah lahir,  sedangkan sayang diwujudkan dalam bentuk nafkah batin untuk keluarga kita.

Terkadang memang terkesan seperti kurang adil jika ternyata kita baru memberi kasih tetapi belum memberi sayang. Atau sebaliknya bisa jadi kita baru memberi sayang tetapi belum dapat sepenuhnya memberi kasih pada pasangan dan keluarga kita.

Dengan senantiasa memperhatikan pemenuhan kasih dan sayang pada keluarga kita insyallah kemesraan akan selalu terjaga kehangatannya.




3. Kesetiaan
Dalam berumah tangga kesetiaan bukanlah sekedar berdampingan, tetapi yang dimaksud dengan setia termasuk juga menjaga kemuliaan, akal, jaminan hidup, keilmuan, keselamatan jiwa dan keturunan.

Dengan senantiasa berupaya menjaga kesetiaan pada pasangan dan keluarga insyaAllah biduk rumah tangga yang dikayuh akan senantiasa kuat walau badai menghantam. Mari senantiasa memperhatikan kemuliaan pasangan kita, memberikan pendidikan yang terbaik bagi pasangan dan keluarga kita. Hingga benar-benar terwujud rumah tangga yang kuat dan harmonis sebagai penopang peradaban dimasa yang akan datang.

4. Komunikasi
Komunikasi ibarat air bagi tumbuhan. Tanpa komunikasi cinta kita akan layu, kering dan akhirnya matilah romantisme kehidupan keluarga.

Komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga memiliki peranan yang penting untuk merawat cinta kasih dalam membina rumahtangga. Bayangkan bila seandainya suami dan istri  jarang berbicara dan tidak mau mendengarkan atau memberikan respon ketika pasangannya mengajak berbicara. Sudah pasti pasangan itu tidak akan saling memahami atau mempunyai hubungan dekat satu dengan yang lain. Mereka hanya akan seperti orang asing yang berkumpul dalam satu atap rumah. Rumah hanya akan menjadi seperti kuburan.

Memang menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan  keluarga tidaklah semudah membalikkan tangan. Maka sudah semestinya kita membangun kesadaran akan tanggung jawab atas  diri kita masing-masing untuk terus mengusahakan, memelihara, dan mempertahankan agar komunikasi dapat berjalan baik. Namun, meskipun telah diusahakan, terkadang komunikasi itu masih tidak bisa terjalin dengan baik. Perbedaan pendapat, kebutuhan, sifat, atau kemampuan masing-masing pasangan dan anggota keluarga bisa menjadi penyebab ketidaklancaran komunikasi dalam rumah tangga.

Teruslah berkreasi dalam menemukan pola komunikasi terbaik dengan pasangan dan keluarga kita, agar cinta kasih dan keharmonisan senantiasa tumbuh bagai bunga bunga nan indah dalam rumah tangga kita.



 5. Keterbukaan
Ternyata dengan komunikasi saja belumlah cukup, karena bisa saja komunikasi  berlangsung tanpa keterbukaan. Namun kenyataannya keterbukaan itu tidak akan bisa lahir tanpa adanya komunikasi.

Keterbukaan merupakan sikap yang perlu di biasakan bagi pasangan suami istri. Dalam merawat cinta kasih dan memelihara keharmonisan rumah tangga.

Sikap tertutup antara suami istri dan anggota keluarga dapat mendatangkan masalah, sebaliknya keterbukaan akan membawa kebaikan berlimpah bagi pasangan suami istri, atau setidak-tidaknya dapat mengurangi masalah-masalah yang seharusnya tidak terjadi.

Dalam membina rumah tangga keterbukaan itu akan lahir jika kita membiasakan untuk mengomunikasikan segala sesuatu kepada pasangan kita, jangan biarkan pasangan kita menduga-duga dan menjadi kecewa, karena seolah-olah ada yang masih kita sembunyikan.

Dengan keterbukaan maka akan terjadi “Kutahu yang kumau dan kutahu yang kau mau” atau juga “kau tahu yang kau mau dan kautahu yang kumau”



6. Kejujuran
Dalam mengayuh biduk rumah tangga kejujuran adalah faktor lain yang menjadi pilar penting untuk memelihara cinta kasih dan menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”

Sungguh kejujuranlah yang mengundang kebaikan itu hadir dalam rumah tangga kita. Berbohong adalah sukses jangka pendek, karena sekali ketahuan berbohong oleh pasangan kita maka secara otomatis runtuh sudah benteng kepercayaan, digantikan dengan prasangka dan kecurigaan-kecurigaan.

Kejujuran adalah sukses jangka panjang. Allah SWT dan hati nurani selamanya tidak dapat dibohongi oleh siapapun dan dengan cara apapun.

Kejujuran bukan sekedar tidak mencuri tetapi tidak melakukan tindakan-tindakan yang mencurigakan dalam kehidupan berumah tangga juga merupakan suatu kejujuran.

Ingatlah! Kejujuran itu adalah hal yang tiada ternilai dalam rumah tangga kita. Ingatlah! Kejujuran sesungguhnya telah banyak menyelamatkan rumah tangga dari bencana perceraian.

Semoga Allah senantiasa menjadikan cinta dan kasih sayang dalam keluarga kita senantiasa segar dan harum. Hingga terwujudkan hubungan cinta dan saling berkasih sayang dengan memelihara kemesraan dalam kehidupan rumah tangga. Amin.......



Photobucket

Photobucket


Wallahu’alam.




di posting dari: 
- Ahmad Lubis (Praktisi Hipnosis)
- Keluarga Sakinah