SELAMAT DATANG DI "hhapadoh.blogspot.com" KAPAN-KAPAN MAMPIR LAGI YA...

Kamis, 16 Juni 2011

Ketika diluar nalar pemikiran 2



Ketika sepasang suami istri di kota-kota besar, meninggalkan anak-anaknya dan diasuh oleh seorang pembantu/suster....sudah merupakan hal biasa....
Begitu juga sepasang suami isteri yang akan saya jadikan sebagai tokoh utama dalam kisah ini adalah sebuah keluarga kecil yang setiap harinya disibukkan oleh pekerjaan kantornya, baik suami maupun istrinya. Sehingga terpaksa harus merelakan anaknya diasuh oleh seorang pembantu rumahnya. Saya sengaja tidak menyebutkan identitas sang tokoh cerita ini, untuk menjaga nama baiknya. Tapi ini penting untuk diceritakan agar menjadi bahan renungan buat kita semua, sehingga hal yang terjadi ini tidak terulang kembali.




Begini.........

Sepasang suami istri ini dikaruniai Allah seorang anak perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Anaknya hampir setiap hari bermain sendirian di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya, karena dia sibuk bekerja di dapur. Kadang anak kecil itu bermain ayunan... atau bermainan dengan mainan yang dibeli ayahnya.....atau  memetik bunga dihalaman rumahnya.




Suatu hari dia melihat sebatang paku berkarat di dekat dia sedang bermain. Dan ia pun menggunakannya untuk mencoret lantai tempat dekat mobil ayahnya sedang diparkir..... tetapi karena lantainya terbuat dari marmer,  maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya dengan rasa penuh kepolosan sebagi seorang bocah kecil. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Akhirnya dia pun mendapatkan keasikan dalam berkreativitas melukis.

Hari itu ayah dan ibunya menggunakan motor ke tempat kerja, karena ingin menghindari kemacetan di jalan.




Ditengah kesibukan Ayah dan ibunya bekerja....sang bocah kecil cantik dan lucu tengah asik melukis mobil baru ayahnya. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan.... maka ia mulai beralih ke sebelah kiri mobil tersebut. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya...gambarnya sendiri... lukisan ayam... kucing dan lain. dengan penuh berharap, imaginasinya dapat memberikan surves buat sang ayah yang menjadi idolanya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat tiba waktu pulang ayah ibunya.... terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si Ayah yang belum lagi masuk ke rumah, masih dalam keadaan kelelahan pulang kerja.... ini pun terus menjerit histeris, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak mendengar jeritan itu.... bergegas lari keluar. Dia juga beristighfar....Allaahuakbar..?. Mukanya merah pudar, ketakutan.... lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, sang pembantu terus mengatakan.....Saya tidak tahu..tuan...?. Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan....!!  hardik si isterinya lagi.




Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata....Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan....?  katanya sambil memeluk ayahnya penuh manja, seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabarannya.....bergegas mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya dengan keras. Si anak yang tak mengerti apa-apa...... menagis kesakitan...pedih... sekaligus ketakutan.
Puas memukul telapak tangan sang bocah, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya, sedangkan si ibu hanya mendiamkan saja....seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang diberikan suaminya. 




Pembantu rumah terbengong-bengong..... tidak tahu harus berbuat apa. Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah merasa puas memberikan hukuman, masuk ke rumah diikuti si ibu, dan akhirnya pembantu rumah tersebut segera mendekati sang bocah kecil yang sedang kesakitan...lalu menggendong ...dan membawanya ke kamar dia.





Setelah di kamar...Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Lalu pembantu rumah dengan penuh rasa iba, membawanya anak ke kamar mandi dan dimemandikannya. Sambil menyiram dengan air......dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantunya.


 


Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak, pembantu rumah mengadu ke majikannya. “oleskan obat saja....!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia juga istrinya tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum obat saja ,” jawab si ibu...... Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat...... anaknya (Dita) dalam pelukan pembantu rumah......dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.




Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu ke pembantunya. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap...... Dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu.... dipotong/amputasi karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah.....demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.




Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan linangan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.....ditatapnya muka ayah dan ibunya.....kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… ? Dita tidak akan melakukannya lagi…. ? Dita tak mau lagi ayah pukul.....?. Dita tak mau jahat lagi… ? Dita sayang ayah..sayang ibu....??”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti.....??.” katanya memandang wajah pembantu rumah, yang ahirnya  membuat wanita itu menangis lagi.


 
“Ayah.. kembalikan tangan Dita....?. Untuk apa diambil...?.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi ayaah......!!  Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ...? Bagaimana Dita mau bermain nanti ....?  Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi.....?, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi.... tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak kecil, cantik dan lugu itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan..... dan ia masih belum mengerti,  mengapa tangannya tetap harus dipotong, meski sudah minta maaf…

Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathinnya, sampai ahirnya sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihan.... dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…



Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut, tetap hidup tegar..... bahkan masih tetap sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya. Allaahuakbar.......