Tanpa sadar, kadang kita telah melakukan penyimpulan pada diri dari pemikiran-pemikiran yang mungkin terkadang jauh dengan kenyataan yang ada.
Tema kali ini saya ambil dari pengalaman hidup seseorang yang mungkin akan menjadi bahan perenungan buat kita, agar kita menjadi orang yang lebih bijaksana, penuh dengan rasa empati dan toleran terhadap sesama. Kadang apa yang kita pikirkan tidak sama dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Ada baiknya untuk memulai membaca kisah ini, sahabat terlebih dahulu menyiapkan secangkir minuman dan sedikit makanan ringn kesukaan, dan jangan lupa....sisakan buat saya, he...he...... Oke...........? Begini.
Cerita yang sangat menggugah hati, yang pernah terjadi di muka bumi ini.
Ibuku........???
Aku adalah seorang laki-laki yang sukses, Sepanjang usia ku, aku mengetahui Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku sangat membencinya…sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga.
Suatu hari ketika aku masih duduk di Sekolah Dasar, Ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa Ia lakukan ini? karena setiap hari aku selalu melihat ibuku di sekolah ku. Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan diri.
Keesokan harinya di sekolah…”Ibumu hanya punya satu mata?!….eeeeee”, jerit seorang temanku. Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, “Bu…mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik ibu tidak ada di sekolah ku, atau Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karena kata-kataku.
Malam itu, aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya. Aku memandangnya sejenak, kemudian berlalu. Mungkin akibat perkataanku tadi, hatinya tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa....... aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.
Kemudian aku belajar dengan tekun. Suatu saat, ketika aku sudah beranjak dewasa.....dan karena ketekunanku dalam belajar, akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk belajar di Luar Negeri. Kutinggalkan Ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu. Setelah bertahun-tahun berlalu, kehidupan ku semakin maju dan sukses dalam menuntut ilmu, aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus.
Suatu ketika…!!! Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku…masih dengan satu matanya datang kerumahku......?. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku. Kataku,..... “Siapa kamu?! Aku tak kenal kamu!!” Untuk membuat lebih dramatis, aku berteriak padanya, “Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku!!” KELUAR DARI SINI SEKARANG..........!!”
Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf…sepertinya saya salah alamat nak.......?” dan ia pun berlalu. Untung saja…ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega.
Dan pada suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor, padahal aku pulang kampung tuk mengikuti undangan reunian dengan teman-teman ku. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku pernah menyebutnya rumahku, ......sekedar hanya ingin tahu saja.
Di sana, kutemukan ibuku tergeletak di lantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Kudekati tubuh Ibuku....Ada selembar kertas di tangannya…sepucuk surat mungkin untukku... dan ku pun membacanya.....dan ternyata betul ini untukku..... “Anakku…kurasa hidupku sudah cukup panjang. Dan…aku tidak akan pergi ke Singapura lagi. Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali saja....? Aku sangat merindukanmu......? Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni ini. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau......! Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku....... Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu...... Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku......di tempatku.......dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu ....nak. Ketika kau marah padaku… Aku tahan tuk menahan sakit sendiri, “Aku yakin.....Itu karena kamu mencintaiku…” Anakku… Oh, anakku…”
Tak terasa air mata menetes perlahan dari sudut mataku....... Aku sungguh merasa sangat berdosa. Aku peluk Ibuku dengan penuh perasaan...... Mata yang hanya sebelah itu kian lama kian mengecil dan..... tertutup selamanya…sebuah senyuman tersungging di sudut bibirnya yang mulai keriput karena usia. Dalam sedihku...... aku hanya bisa terisak dalam penyesalan yang tidak akan berkesudahan.......
Subhanallah.......
Sayangilah ibumu, jangan sampai habis oleh sang waktu......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar