Pembahasan tentang berkeluarga selalu menjadi kajian yang menarik dan
menggoda hati setiap insan. Karena memang keluarga dalam pandangan
Islam adalah “labinatul ulaa” (batu pertama) dalam bangunan
masyarakat muslim dan merupakan taman yang mendatangkan kasih sayang,
ketenangan, kedamaian dan keharmonisan. Kebahagiaan rumahtangga adalah
surga kecil yang diharapkan semua orang, sebagaimana yang pernah
disabdakan oleh Rasulullah SAW : “Rumahku Surgaku..” .
"Semoga menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah".
Kata-kata itulah yang sering diucapkan atau ucapan yang diberikan kepada calon suami-istri yang akan menikah.
Peranan
agama dalam membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah sangat
penting, karena agama merupakan ketentuan-ketentuan Allah Swt yang
membimbing dan mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat. Allah Swt berperan ketika pemeluk-Nya memahami dengan baik dan
benar, menghayati, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari agama
yang dianutnya, yaitu Islam.
Dalam pandangan Al-Qur’an, salah satu tujuan pernikahan adalah untuk menciptakan keluarga sakinah, mawaddah warahmah antara suami dan istri bersama anak-anaknya.
Hal ini tercemin dalam Al-qur’an, Allah berfirman,
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya (sakinah), dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan
rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. “ (Ar-Ruum [30]: ayat 21)
1. Sakinah mengandung makna ketenangan.
Sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang
disertai kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh
ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta
bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. Itulah makna
sakinah secara umum dan makna-makna tersebut yang diharapkan dapat
menghiasi setiap keluarga yang hendak menyandang Keluarga Sakinah.
2. Mawaddah mengandung arti rasa cinta.
Mawaddah ini muncul karena di dalam pernikahan ada
faktor-faktor yang bisa menumbuhkan dua perasaan tersebut. Dengan
adanya seorang istri, suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan,
serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik dan
membesarkan mereka. Disamping itu dia merasakan adanya ketenangan,
kedekatan dan kecenderungan kepada istrinya. Sehingga secara umum
tidak akan didapatkan mawaddah diantara manusia yang satu dengan
manusia yang lain sebagaimana mawaddah (rasa cinta) yang ada di antara
suami istri.
3. Rahmah mengandung arti Rasa Sayang
Rasa sayang kepada pasangannya merupakan bentuk kesetian dan kebahagiaan yang dihasilkannya.
Perlu digaris bawahi bahwa sakinah mawaddah warahmah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang lebih utama, adalah menyiapkan kalbu.
Sakinah, mawaddah dan rahmah bersumber dari dalam kalbu, lalu terpancar
ke luar dalam bentuk aktifitas sehari-hari, baik didalam keluarga
maupun dalam masyarakat.
Perjalanan berkeluarga dan membina rumah tangga tidak selalu seindah
melewati jalan bertaburan bunga yang harum mewangi, ada kalanya jalan
yang dilalui adalah lintasan penuh duri dan bebatuan yang tajam. Jika
tidak diantisipasi dan disikapi dengan tepat, maka kehancuran
rumahtangga menjadi akhir kisah cinta yang pernah dibina.
Biasanya awal kehancuran itu adalah berkurangnya kemesraan suami
istri, dikarenakan lemahnya kesadaran bahwa perjalanan rumahtangga tidak
selalu indah, ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman bahwa hidup ini
hanyalah ujian dari Allah kepada hamba-Nya, termasuk pasangan hidup
kitapun adalah ujian tersendiri bagi kita.
Ada sebagian orang diawal pernikahan sangat mengharapkan kesempurnaan
pasangannya, dalam perjalanan biduk rumahtangga, semua sifat dan
karakter asli dari pasangan tidak diterima sebagaimana adanya. Semua
hanya berujung pada kekecewaan. Sebagian lagi menjadi tidak harmonis
karena satu sama lain tidak terbuka dalam masalah-masalah kehidupan,
sehingga tersumbatnya jalur jalur komunikasi menjadikan suasana rumah
tangga semakin misterius. Dan tidak jarang pula ketidak harmonisan di
rumah tangga diakibatkan terbiasa membesar-besarkan masalah yang
sebenarnya remeh.
Jika cinta tak lagi bersemi indah, meski tidak bercerai secara fisik
tetapi hati antara yang satu dengan yang lain sebenarnya sudah tidak
bertautan lagi. Na’udzubillahi min dzalik.
Maka penting bagi kita merawat cinta kasih agar terhindar musibah rumah tangga. Ada beberapa hal yang mulai hari ini dan seterusnya penting kita perhatikan dan senantiasa kita rawat, antara lain:
1. Ketaqwaan
Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal Al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.
Dalam sebuah riwayat juga dikisahkan saat Umar ra bertanya kepada
Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui
jalan berduri?” Umar menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang
kamu lakukan?” Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh
keseriusan.” Maka Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Berangkat dari pemahaman kita tentang taqwa, maka dalam mengayuh
biduk rumah tangga kita perlu senantiasa mengasah kepekaan hati kita,
agar hati kita menjadi penuh dengan kesadaran dalam menjalani semua liku
kehidupan kita, senantiasa waspada ketika godaan dan cobaan datang
menghadang.
Masalah apapun yang kita hadapi dalam berumah tangga, pastikan
pilihan-pilihan sikap, perilaku dan perkataan kita hanya yang di ridhoi
oleh Allah. Segarkan selalu cinta pada pasangan kita dengan menyegarkan
kesadaran kita, bahwa: “Aku mencintai pasanganku semata mata karena
kecintaanku pada Allah.”
2. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah dua kata yang seolah sederhana namun pada
kenyataannya tidak sesederhana mengucapkannya. Misal untuk para suami
kadang merasa sudah memberikan kasih sayang pada istrinya padahal sang
istri justru tidak merasakan apa yang dimaksud oleh suaminya dengan
kasih sayang.
Yang saya maksud dengan kasih disini adalah sebuah perwujudan dari
perasaan cinta kepada pasangan dengan memberikan nafkah lahir,
sedangkan sayang diwujudkan dalam bentuk nafkah batin untuk keluarga
kita.
Terkadang memang terkesan seperti kurang adil jika ternyata kita baru
memberi kasih tetapi belum memberi sayang. Atau sebaliknya bisa jadi
kita baru memberi sayang tetapi belum dapat sepenuhnya memberi kasih
pada pasangan dan keluarga kita.
Dengan senantiasa memperhatikan pemenuhan kasih dan sayang pada
keluarga kita insyallah kemesraan akan selalu terjaga kehangatannya.
3. Kesetiaan
Dalam berumah tangga kesetiaan bukanlah sekedar berdampingan, tetapi
yang dimaksud dengan setia termasuk juga menjaga kemuliaan, akal,
jaminan hidup, keilmuan, keselamatan jiwa dan keturunan.
Dengan senantiasa berupaya menjaga kesetiaan pada pasangan dan
keluarga insyaAllah biduk rumah tangga yang dikayuh akan senantiasa kuat
walau badai menghantam. Mari senantiasa memperhatikan kemuliaan
pasangan kita, memberikan pendidikan yang terbaik bagi pasangan dan
keluarga kita. Hingga benar-benar terwujud rumah tangga yang kuat dan
harmonis sebagai penopang peradaban dimasa yang akan datang.
4. Komunikasi
Komunikasi ibarat air bagi tumbuhan. Tanpa komunikasi cinta kita akan
layu, kering dan akhirnya matilah romantisme kehidupan keluarga.
Komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga memiliki peranan
yang penting untuk merawat cinta kasih dalam membina rumahtangga.
Bayangkan bila seandainya suami dan istri jarang berbicara dan tidak
mau mendengarkan atau memberikan respon ketika pasangannya mengajak
berbicara. Sudah pasti pasangan itu tidak akan saling memahami atau
mempunyai hubungan dekat satu dengan yang lain. Mereka hanya akan
seperti orang asing yang berkumpul dalam satu atap rumah. Rumah hanya
akan menjadi seperti kuburan.
Memang menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan keluarga
tidaklah semudah membalikkan tangan. Maka sudah semestinya kita
membangun kesadaran akan tanggung jawab atas diri kita masing-masing
untuk terus mengusahakan, memelihara, dan mempertahankan agar komunikasi
dapat berjalan baik. Namun, meskipun telah diusahakan, terkadang
komunikasi itu masih tidak bisa terjalin dengan baik. Perbedaan
pendapat, kebutuhan, sifat, atau kemampuan masing-masing pasangan dan
anggota keluarga bisa menjadi penyebab ketidaklancaran komunikasi dalam
rumah tangga.
Teruslah berkreasi dalam menemukan pola komunikasi terbaik dengan
pasangan dan keluarga kita, agar cinta kasih dan keharmonisan senantiasa
tumbuh bagai bunga bunga nan indah dalam rumah tangga kita.
5. Keterbukaan
Ternyata dengan komunikasi saja belumlah cukup, karena bisa saja
komunikasi berlangsung tanpa keterbukaan. Namun kenyataannya
keterbukaan itu tidak akan bisa lahir tanpa adanya komunikasi.
Keterbukaan merupakan sikap yang perlu di biasakan bagi pasangan
suami istri. Dalam merawat cinta kasih dan memelihara keharmonisan rumah
tangga.
Sikap tertutup antara suami istri dan anggota keluarga dapat
mendatangkan masalah, sebaliknya keterbukaan akan membawa kebaikan
berlimpah bagi pasangan suami istri, atau setidak-tidaknya dapat
mengurangi masalah-masalah yang seharusnya tidak terjadi.
Dalam membina rumah tangga keterbukaan itu akan lahir jika kita
membiasakan untuk mengomunikasikan segala sesuatu kepada pasangan kita,
jangan biarkan pasangan kita menduga-duga dan menjadi kecewa, karena
seolah-olah ada yang masih kita sembunyikan.
Dengan keterbukaan maka akan terjadi “Kutahu yang kumau dan kutahu
yang kau mau” atau juga “kau tahu yang kau mau dan kautahu yang kumau”
6. Kejujuran
Dalam mengayuh biduk rumah tangga kejujuran adalah faktor lain yang
menjadi pilar penting untuk memelihara cinta kasih dan menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Sungguh kejujuranlah yang mengundang kebaikan itu hadir dalam rumah
tangga kita. Berbohong adalah sukses jangka pendek, karena sekali
ketahuan berbohong oleh pasangan kita maka secara otomatis runtuh sudah
benteng kepercayaan, digantikan dengan prasangka dan
kecurigaan-kecurigaan.
Kejujuran adalah sukses jangka panjang. Allah SWT dan hati nurani
selamanya tidak dapat dibohongi oleh siapapun dan dengan cara apapun.
Kejujuran bukan sekedar tidak mencuri tetapi tidak melakukan
tindakan-tindakan yang mencurigakan dalam kehidupan berumah tangga juga
merupakan suatu kejujuran.
Ingatlah! Kejujuran itu adalah hal yang tiada ternilai dalam rumah
tangga kita. Ingatlah! Kejujuran sesungguhnya telah banyak menyelamatkan
rumah tangga dari bencana perceraian.
Semoga Allah senantiasa menjadikan cinta dan kasih sayang dalam
keluarga kita senantiasa segar dan harum. Hingga terwujudkan hubungan
cinta dan saling berkasih sayang dengan memelihara kemesraan dalam
kehidupan rumah tangga. Amin.......
Wallahu’alam.
di posting dari:
- Ahmad Lubis (Praktisi Hipnosis)
- Keluarga Sakinah