SELAMAT DATANG DI "hhapadoh.blogspot.com" KAPAN-KAPAN MAMPIR LAGI YA...

Sabtu, 27 Oktober 2012

Allah SWT dalam memanusiakan manusiaNya .......





Sesungguhnya di dalam  jasad manusia ada mudhghah (segumpal darah), apabila dia berfungsi dengan baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, mudhghah itu adalah qalbu.
(HR.Abu Nu`aym )

Apa kabar saudaraku.......teman setia dalam bercerita, teman setia dalam berbicara, teman setia dalam berkarya, teman setia dalam berbagi..... tentunya berbagi kebaikan. 
Salam sejahtera buat semuanya, semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhoiNya....Amin..




Diawali dengan Hadist tersebut diatas, seolah-olah menjadikan kunci pembuka hati ini untuk mengawali lagi bercanda dalam kata, setelah lama kemalasan hati untuk menulis lagi berkecamuk dalam jiwa. 

Wahai sahabat ku.... 
Entah kenapa, disadari atau tidak....hati ini selalu saja mudah untuk berubah. Perubahan dalam membawa kita ke arah yang sesuai dengan hati nurani, atau perubahan ke arah yang sulit kita menolaknya...padahal itu sudah jelas diluar pemikiran baik kita yang sebenarnya.
Perubahan dalam wujud prilaku kita mungkin bisa menjadi baik buat kita, tapi belum tentu manjadi baik buat orang lain. Inilah yang akan membedakan kecerdasan Qalbu seseorang, hal ini pula yang menjadikan resahnya hati ini, jangan-jangan kita telah banyak menyakiti orang lain di atas kesenangan diri.


 
Wahai sahabat ku....
Saya ingin mencoba untuk meminimalisir rasa resah yang ada tadi, dengan memahami lebih seksama tentang Qalbu pada diri berdasarkan ilmu, yang akan saya jadikan tema pada tulisan kali ini. Semoga ini pun kan menjadi manfaat buat sahabat setia ku....Selamat menyimak.


Qolbu adalah kekuatan rohani yang dapat mengendalikan perilaku. Dia adalah kendali jasad dan akal. Singkat kata, Qolbu energi penting dalam diri manusia, yang dapat menjadi penentu baik buruknya perilaku manusia. Hati memiliki karakteristik turun-naik, berubah-ubah dan bolak-balik. Hal ini disebabkan karena hati memiliki dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada jalan Kefasikan dan kecenderungan pada jalan Ketaqwaan'




Pengertian qalbu (bentuk masdar) dari qalaba yang artinya ’berubah-ubah, berbolak-balik, tidak konsisten, berganti-ganti’. Pokoknya qalbu merupakan lokus atau tempat di dalam wahana jiwa manusia yang merupakan titik sentral atau awai segala awai yang menggerakkan perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Qalbu juga merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati (conscience) yang berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani (bersifat cahaya) yang menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk bertindak dan bersikap berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.

Dengan qalbu itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakan­nya dari segala makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qalbu itu pula, manusia membinatangkan dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan qalbu merupakan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan ruhaniah bagi manusia. Itulah sebabnya, Allah menempatkan qalbu sebagai sentral ke­sadaran manusia sehingga Allah sendiri tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan oleh hati nuraninya perbuat,




Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jiwa) jalan kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya (jiwa itu).
(QS Asy Syam : 8-10)


 
Kecenderungan jiwa kepada jalan kefasikan yaitu disebabkan oleh bisikan-bisikan kejahatan syaitan yang berkeinginan untuk merusak martabat manusia. Wujud dari bisikan ini tentunya akan membawa kepada jalan kesesatan dengan membisikkan dan menghujamkan berbagai penyakit yang merusak kebeningan qolbu (penyakit qolbu).

Qolbu sebagai energi penggerak, sumber pembentukan kepribadian dan penentu respon individu serta sebagai tempat bersemayamnya Nurilahi sumber fitrah kebaikan, maka sudah selayaknya ditata dan dijaga supaya kesibukannya hanyalah ketaatan dan kegiatannya adalah kebaikan.




 PERAN QOLBU

  • Hati ibarat raja 
Hati adalah raja dan tubuh adalah pasukannya. Apa yang diperintahkan oleh raja itulah yang dilaksanakan oleh pasukannya. Begitulah hati. Hati memiliki kekuasaan untuk memerintah sedangkan tubuh adalah melaksanakannya. Ketika hati condong kepada kebaikan, maka kebaikanlah yang akan muncul, demikian sebaliknya.

  • Hati tempat bersemayamnya Allah SWT
“Hati bisa memberikan ketenangan, karena di hati terletak kebenaran dan cahaya Allah”.

  • Hati ibarat cermin
Setiap gambar yang tampak adalah merupakan pantulan cermin. Begitu pula perilaku. Setiap perilaku yang muncul merupakan pentulan dari hati.




PEMBAGIAN QOLBU
Qolbu bersifat bolak balik, kadang taat kadang maksiat, kadang lurus kadang bengkok. Ini semua tergantung dari kesibukan yang dilakukannya. Untuk mengetahui keadaan hati kita atau mendeteksi kondisi hati, tentunya kita perlu mengetahui berbagai kondisi hati yang sudah diisyaratkan oleh Alla SWT, yaitu :
  • Qolbun Mayyit (Hati yang mati), Al-Baqarah: 6-7
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepada-Nya dengan menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati model ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah.
  • Qolbun Maarid (Hati yang sakit)
Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang paling kuat. Kadang-kadang ia cenderung kepada ketaatan, akan tetapi kadang pada kelalaian dan kemaksiatan. Didalamnya terdapat pula kecenderungan kepada syahwat dan pengaruhnya seperti sifat sombong, ujub, dengki, dll.
  • Qolbun Saliim (Hati yang selamat)
Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang tidak dikendalikan oleh syahwatnya, dia dapat menundukkan syahwatnya. Hati ini selamat dari beribadah kepada selain Allah. Ubudiyahnya murni kepada Allah Iradahnya (kehendak), mahabbahnya (cinta), inabahnya (kembali kepada Allah), ikhbatnya (merendahkan diri), khasyyah-nya (sedih), raja’nya (harap), dan amalnya semuanya lillah karena-Nya.
 




6 Ciri orang yang memiliki penyakit hati atau qolbu :
  1. Kehilangan cinta yang tulus kepada Allah SWT.
  2. Gelisah dengan urusan dunia.
  3. Kehilangan kekhusyuan.
  4. Malas beramal.
  5. Matanya atau hatinya keras.
  6. Gemar melakukan dosa.



Rupanya, istilah qalbu mirip dengan heart dalam bahasa Inggris, sama-sama memilki makna ganda. Heart dapat bermakna jantung (heart attack, serangan jantung) dapat juga bermakna hatinurani (you’re always in my heart, kamu selalu hadir di hatinuraniku). Maka apabila mendengar perbincangan tentang qalbu perhatikanlah konteksnya. Kalau yang berbicara adalah dokter medis, tentu qalbu yang diucapkannya lebih bermakna jantung. Tapi bila dikaitkan dengan perbincangan tentang moral, iman atau spiritualitas, maka maknanya lebih mengarah pada hatinurani yang wujudnya ruhaniah.

Allah tidak memandang apa yang tampak, tetapi melihat yang lebih esensial, yaitu qalbu manusia, karena dari sinilah berangkat segala tindakan yang autentik. Rasulullah bersabda,

"Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk wajahmu, tidak me­mandang badanmu, melainkan Dia memandang qalbumu."

Di dalam qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah-benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus diper- tanggungjawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi (divine vicegerency) ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, bahkan lebih hina dari binatang yang melata. Qalbu merupakan awai dari sikap sejati manusia yang paling autentik, yaitu kejujuran, keyakinan, dan prinsip-prinsip kebenaran.





 
Perasaan moral tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang berorientasi pada prestasi (achievemnents orientation ’amal saleh’). Dengan pemahaman ini, tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awai, yaitu ke­sadaran untuk bertanggung jawab. Sehingga, seorang karyawan yang datang terlambat dengan sengaja, pada hakikatnya dia sedang mengkhianati hati nuraninya sendiri, merusak keyakinan moralnya, yaitu iman dan sekaligus tidak memiliki rasa tanggung jawab. Iman dan takwa telah tercoreng oleh perbuatan­nya tersebut, betapa pun tindakannya tersebut dianggap sepele (hanya datang terlambat). Padahal, nilai moral tidak dapat diukur oleh asumsi demikian, tetapi rasa getir karena telah berkhianat. Bukan soal kuantitas melainkan kualitas dari nuraninya mulai dikesampingkan, dan betapa pun kecilnya sebuah tindakan yang mengkhianati komitmen iman pada akhimya akan memberikan akibat yang sangat buruk, bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan pula untuk orang lain. Bila Anda terlambat, berarti ada mekanisme yang terputus karena keberadaan Anda merupakan bagian dari sebuah sistem. Keterlambatan Anda akan ditanggung oleh teman-teman Anda dan Anda sendiri menjadi bagian dari penghambat mekanisme kerja yang akan merugikan bukan hanya Anda, tetapi perusahaan! Anda tidak saja melecehkan suara hati Anda sendiri, tetapi Anda sedang dalam keadaan zalim dan menzalimi.




Dengan demikian, yang kita maksudkan dengan kecerdasan ruhaniah ialah ke­mampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-llahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati, dan beradaptasi.

Qalbu orang yang berdosa akan menghitam. Ungkapan ‘menghitam’ di sini adalah ungkapan perumpamaan (majâzi, metaphoric) bukan ungkapan sesungguhnya (haqîqi). Namun bukan berarti karena dosa tak kan nampak bekas-bekas fisiknya lalu kita akan seenaknya saja berbuat dosa. 
Na`ûdzubillâh min dzâlik.......

Akhirnya.....sudah merasa terhindarkah kita dari penyakit hati...?. Dan sudah merasakankah menjadi manusia yang dimanusiakan Allah......? 
Yu, kita bersama-sama untuk membaca hati, agar keresahan lambat laun menjadi asing dalam diri kita. Semoga......





 Sumber Ilmu disadur dari:
  • Majelis Manajemen Qolbu (MMQ) yang disampaikan oleh Ustadz Mulyadi Al Fadhil, MPd
  • Coretan TQN (Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah) Suryalaya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar